Belajar Mengendalikan Emosi dari Gagang Kunci


Malam ini saya dan suami kembali belajar tentang cara meninggikan nalar dan merendahkan emosi ketika melakukan komunikasi dengan pasangan. Sepertinya kami memang harus banyak belajar tentang cara mengendalikan emosi, terutama saya yang harus punya lebih banyak stok sabar. Kami belajar untuk fokus pada solusi ketika menghadapi tantangan sekecil apapun dalam kehidupan berumah tangga.

Pukul 20.00 kami bersiap keluar rumah untuk mencari barang keperluan suami yang akan digunakan hari kamis. Suami sudah siap diatas motor, sedangkan saya bersiap mengunci pintu rumah. Tetapi suatu hal diluar dugaan terjadi, kunci pintu macet tidak bisa diputar atau pun diambil dari gagangnya. Suami menghampiri saya yang terlihat kesulitan mengunci pintu.

“Ada apa? Pintunya susah dikunci ya?” Suami bertanya sambil mengamati

“Iya, kuncinya tersangkut tidak bisa digerakkan.” Saya menimpali sambil terus berusaha memutar-mutar anak kunci

“Ya Allah, ada-ada saja sih.” Suami mulai mengeluh karena terancam tidak jadi keluar rumah

“Ya kan tidak sengaja, sudah pelan-pelan kok tadi memutar anak kuncinya. Coba dikasih pelumas, siapa tahu bisa diputar.” Saya menenangkan sambil mencoba menawarkan solusi

Saya pergi ke belakang untuk mengambil pelumas, lalu menyerahkan ke suami. Suami mulai sibuk mengutak-atik anak kunci, tapi hasilnya nihil. Akhirnya suami membongkar gagang pintu untuk mencari tahu bagian mana yang harus diperbaiki. Ternyata ada satu bagian dari gagang ointu yang sudah rusak karena berkarat dan harus diganti.

“Harus beli yang baru ini. Apa masih ada toko bangunan yang buka ya jam segini?” kata suami dengan suara rendah, kali ini tidak menunjukkan tanda-tanda emosi yang tinggi

“Coba dicari dulu saja, siapa tahu masih ada toko bangunan yang buka.” Saya mencoba meyakinkan sambil mengingat toko bangunan terdekat dari rumah kami.

“Ya sudah, ayo kita cari. Sementara pintunya ditutup biasa saja dulu tidak apa-apa.” Suami bersemangat

            Sekitar hampir 20 menit kami berkeliling, tapi semua toko bangunan sudah tutup.

“Toko bangunannya sudah tutup semua. Coba kita cari di toko alat listrik, mungkin ada.” Saya memberi saran

            Kemudian kami berhenti di sebuah toko alat listrik yang cukup besar. Alhamdulillah barang yang kami cari ada. Setelah mencari ukuran yang cocok, kami bergegas pulang ke rumah.

“Alhamdulillah masih rejeki, terima kasih ya sarannya.” Kata suami

            Setelah sampai rumah, suami kembali mengutak-atik gagang pintu. 15 menit kemudian, gagang pintu sudah kembali terpasang dengan rapi dan kuncinya berfungsi dengan baik.

“Alhamdulillah, terima kasih ya sudah memperbaiki kunci pintu dengan sabar. Maaf ya tadi tidak sengaja merusaknya.” Saya meminta maaf sambil menatap mata suami dengan lembut

“Alhamdulillah, iya tidak apa-apa. Memang sudah waktunya kunci diganti karena sudah berkarat. Maaf ya tadi agak sedikit emosi karena sudah malam, takutnya tidak ada tukang kunci yang bisa dipanggil. Ternyata malah bisa diperbaiki sendiri. Dengan begini kan jadi punya ilmu baru tentang perkuncian.” Kata suami sambil tertawa

            Terkadang kita bisa mengambil hikmah dan belajar dari pengalaman yang tidak terduga. Tantangan akan terselesaikan dengan lebih mudah jika komunikasi antar pasangan tetap terjalin dengan baik. Masing-masing belajar untuk tetap meninggikan nalar dan merendahkan emosi. Kami berusaha mencari solusi untuk menyelesaikan masalah dengan tidak saling menyalahkan satu sama lain.


#Hari5
#GameLevel1
#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunsayIIP

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh UteHil. Diberdayakan oleh Blogger.